Selasa, 10 November 2020

Cahaya yang kau lewatkan

 


Andai saja aku biarkan mata ini terjaga agar bisa menyambutmu kedatanganmu, apakah hal tersebut akan menjadi suatu kebahagiaan untukmu? Terlebih hal itu sudah menjadi hal biasa yang terlihat, tentu akan semakin memperbesar potensi kebosanan. Bahkan siang dan malam pun selalu memberikan suasana yang berbeda di setiap kepergian ataupun kedatangannya. Terutama bagi para penikmat kemesraannya.

Engkau mungkin telah diberkahi dengan mahkota emas, dengan rambut ikalnya yang lebih menarik. Akan tetapi jika aku hanya terpaku kepada paras nan menawan itu. Atau andai saja aku tertuju pada mahkota emas itu, mungkin tatap, senyum, ataupun kehangatan yang selalu kau beri sudah tak lagi menjadi arti. Dan akan sangat mungkin segala kata-kata yang terangkai ini telah terputus.

Engkau sudah pasti mengenalku, tentang bagaimana banyaknya sikap menahan diri pada akhirnya mengajarkan akan kekosongan. Meskipun tidak pernah terbesit sama sekali pengalaman-pengalaman itu banyak memberiku pelajaran sejak kecil. Hingga ketaatan ataupun kemandirian bukan lagi sesuatu yang perlu dibanggakan. Karena justru kekosongan itu yang lebih melekat dan layak untuk dirindukan.

Mungkin saja ia telah banyak membersamaiku dalam kesabaran, seolah ia pun enggan menggantikan sesuatu apapun selain dirinya, terlebih untuk dirimu. Oleh karena itu, aku tetap menyimpan motivasi-motivasi kejahatan, agar aku masih tetap bisa menjaga kebaikan kepadamu. Aku tidak akan berhenti berprasangka kepadamu, agar aku tidak berhenti untuk selalu menahan diri. Apalagi demi cinta yang masih begitu banyak mengharapkan balas darimu.

Aku mungkin akan kehilangan bahagia dan memilih untuk berduka atas segala kemungkinan jika aku melewatkan keindahan sapaanmu. Namun, bukankah syarat datangnya bahagia justru harus ada duka lara? Begitupu sebaliknya. Karena kedua hal tersebut merupakan satu kesatuan yang banyak terlihat darimu. Hingga aku mendapatkan keindahan yang merdeka atas segala hal, terutama jika hal tersebut menyangkut apapun tentang dirimu.

Suatu saat, dirimu pasti akan menemukan satu waktu ketika hanya melihat duri yang tumbuh atau bahkan mungkin segala bentuk najis mengerumuni diriku. Hal-hal seperti itu akan menghentikan langkahmu untuk mendekat kepadaku. Jika tempat yang penuh duri dan kehinaan itu merupakan dinding rumahku, jangankan untuk masuk, sekedar menyentuhnya pun engkau pasti akan ketakutan.

Bagaimana mungkin mahkota emas akan menyandingkan diri dengan kehinaan yang jelas-jelas tampak? Sedangkan aku sama sekali tak terpengaruh oleh penglihatan-penglihatan tentang sesuatu yang menjadi dinding rumahku. Bahkan ketika engkau berkata sesuatu yang buruk tentang selimut atau dinding rumahku, kenapa aku mesti marah? Sedangkan itu satu-satunya syarat menuju jalan pintu kebahagiaan denganku.

Aku bagaikan pembunuh yang sama sekali tidak memiliki empati ataupun simpati karena selalu dapat menikmati prasangka mereka dengan canda tawa. Mungkin saja aku memiliki banyak musuh yang mereka tidak memiliki syarat apapun untuk dapat mengutukku. Atau mereka justru menghancurkan dirinya sendiri dengan banyak menghindar dari pandanganku.

Hanya engkau yang benar-benar mengenalku yang mampu menembus dinding rumah itu tanpa prasangka apapun. Hanya mereka yang banyak menahan diri dalam keterasingan atau kekosongan yang mampu membuka hijab-hijab kehinaan yang menyelimuti. Dan hanya engkau yang benar-benar terpilih yang akan terus meneruskan langkah.

Cinta bukanlah sesuatu yang mesti didapatkan. Cinta merupakan sesuatu ketika dengannya engkau akan selalu rela untuk memberi tanpa mengharap balas. Rindu bukanlah sesuatu yang menjadikanmu lantas ingin segera bertemu, kecuali ia akan menjadikanmu semakin candu tanpa harus memadu.

Kasih, coba perhatikan kembali, adakah cahaya itu engkau lewatkan? Sedang engkau sendiri tahu, bahwa waktu banyak memberi ruang kita bersama dalam kekosongan asa, bahkan mengikat dalam tali kemesraan yang fana. Atau haruskah aku merayu?

 

 

Sabtu, 07 November 2020

Revolusi diri


Perubahan yang besar dimulai dari perubahan yang kecil.
 Dimulai dari perubahan diri, keluarga, lingkungan sekitar sampai lingkungan yang lebih besar, negara bahkan dunia.

Revolusi diri bisa dimulai dari :

1.    Revolusi Iman

a)   Introspeksi diri, sadari bahwa kita makhluk yang lemah, butuh sandaran pada Yang Maha Segalanya.

b)   Sadari diri, bahwa godaan dunia begitu amat dahsyatnya. Tanpa berpegang pada ajaran agama,  kita akan hanyut pada gemerlap dunia sehingga bahagia dunia akhirat akan sulit kita raih, atau dunia dapat kita raih tetapi akhirat tidak.

c)  Sebagai konsekwensi dari dua hal diatas dan juga sebagai rasa syukur kita, maka kita jalankan perintah dan jauhi laranganNya.

 

2.    Revolusi Sikap dan Cara Berpikir

a)   Rubah sikap malas jadi rajin, ragu jadi yakin, pesimis jadi optimis, gosip jadi introspeksi diri, menunda jadi menjalankan, buruk sangka jadi baik sangka.

b)   Sibuk merubah diri bukan sibuk mengurusi orang lain.

c)   Buang jauh-jauh penyakit hati, karena penyakit hati akan mempengaruhi pola pikir kita, bahkan merusaknya sehingga kita tak dapat berfikir jernih. Bukankah otak sebagai pengendali seluruh organ tubuh, termasuk perilaku, cara bersikap dan cara berfikir? Perilaku kita adalah cerminan dari cara berfikir kita.

d)   Menimbang dahulu sebelum melakukan sesuatu, apa untung dan ruginya bagi kita.

e)   Jadikan contoh orang-orang yang telah lebih dulu sukses dan belajar dari mereka. Mereka bisa sukses, maka kitapun pasti juga bisa. Asalkan terus berusaha dan berdoa. Tak ada kata gagal, yang ada adalah sukses atau belajar (Dikutip dari Tung Desem Waringin).

 

3.    Revolusi Waktu

a)     Tiap detik sangat bernilai, karena waktu yang telah lewat takkan kembali.

b)     Tanamkan sikap, hari ini harus lebih baik dari hari kemarin, agar kita menjadi orang   yang beruntung.

c)     Pelajari cara mengelola waktu dengan baik, jalankan dan patuhi, jadikan kebiasaan   agar kita menjadi bisa dan biasa sehingga akan jadi budaya. Manusia adalah budak dari kebiasaan (Dikutip dari Tung Desem Waringin).

d)     Tanamkan dalam diri “Setiap detik yang kita habiskan akan dipertanggung jawabkan di hadapan Sang Pemilik Waktu".

 

4.    Revolusi Kesehatan

A.   Kesehatan Jasmani :

a)   Menganut pola hidup sehat, tidak merokok, tidak minum alkohol.

b)   Makan makanan yang berimbang dan tidak berlebihan, hindari junk food.

c) Hindari mengkonsumsi makanan dan minuman yang mengandung bahan-bahan kimia.

d) Sedapat mungkin hindari penggunaan obat kimia dikala sakit, utamakan penggunaanbahan-bahan alami.

e)  Mengelola waktu makan dengan baik, tidak makan sebelum lapar, berhenti makan sebelum kenyang.

f)     Jadikan puasa sebagai kebiasaan yang baik untuk menunjang kesehatan.

g)   Rajin berolahraga dan istirahat yang cukup.

h) Selalu berfikir positif , bersyukur kala mendapat nikmat dan bersabar dikala mendapat ujian.

 

B.    Kesehatan Ruhani :

a) Bukan hanya kesehatan jasmani yang penting, tak kalah penting adalah kesehatan ruhani. Ruhani butuh makanan, sebagaimana jasmani membutuhkannya. Semua mesti seimbang. Penuhi kesehatan ruhani dengan banyak berzikir (mengingat Allah) membaca kalamNya, yang tersirat dan yang tersurat, dan mengamalkan ilmu, berbagi rizki dengan orang lain.

 

5.    Revolusi Keuangan

a)    Hidup hemat, cermat dalam mengelola keuangan.

b)    Hindari hidup konsumtif, besar pasak daripada tiang.

c) Pelajari cara mengelola keuangan dengan baik dan aplikasikan, jadikan kebiasaan.

d) Tidak cepat puas dalam memperoleh hasil, sehingga kita akan selalu termotivasi, untuk mendapatkan hasil lebih banyak, lebih baik, lebih berkah.

e)    Hindari cara-cara haram dalam menjemput rizki, apalah artinya banyak harta tapi tidak berkah, hanya akan membawa kesulitan nantinya.

f)      Pelajari cara-cara mendapatkan penghasilan tambahan dari banyak sumber, buku, internet dan belajar dari orang yang telah sukses.

g)  Jika telah sukses, ingat selalu untuk berbagi dengan sesama, berbagi ilmu sukses, berbagi rizki agar apa yang telah kita raih membawa keberkahan dan dapat bermanfaat untuk orang banyak.

 

Setiap kita tentu ingin hidup  lebih baik, dari semua segi tentunya. Pangkal dari perubahan diri adalah hubungan yang baik, mesra dengan pemilik alam semesta. Karena dengan mengenal Tuhannya, manusia akan mengenal dirinya. Karena kita akan selalu dibimbing di jalanNya, setiap usahanya akan membawa kemaslahatan bagi sesama, lingkungan dan alam sekitar.

 

Yang bisa merubah diri kita, adalah diri kita sendiri, bukan orang lain. Motivasi  diri sendirilah yang terbaik, bukan motivasi dari luar yang sifatnya sementara. Kalau kita tak mau berubaih, walau tiap hari mendengar siaran dari motivator terkenal, hasilnya nol besar. Tetapi jika diri kita yang sudah punya niatan kuat untuk berubah, dibarengi ikhtiar yang sungguh-sungguh dan juga doa yang tiada terputus (doa kita dan doa orang tua tentunya), maka hasilnya akan sukses.

Karena itu saudaraku, mari kita merubah diri, sebagai wujud rasa syukur kita kepadaNya agar kita menjadi manusia yang beruntung, punya masa depan gemilang. Agar kita bisa menjadi contoh, sekaligus menjadi agen perubahan.

 

Ingatlah firman Allah dalam Surat Al Ashr (S:103:1-2)

103:1. Demi masa.

103:2. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian,

103:3. kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasihat menasihati supaya menaati kebenaran dan nasihat menasihati supaya menetapi kesabaran.

 

Jadikan diri kita bermanfaat untuk keluarga, lingkungan dan orang banyak, karena sebaik-baik manusia adalah yang paling banyak manfaatnya bagi orang lain (Nabi Muhammad SAW). Dan jadikanlah masa lalu menjadi pelajaran berharga, karena setiap kejadian membawa hikmah tersendiri bagi orang-orang yang mau mengambil pelajaran.

 

Cahaya yang kau lewatkan

  Andai saja aku biarkan mata ini terjaga agar bisa menyambutmu kedatanganmu, apakah hal tersebut akan menjadi suatu kebahagiaan untukmu? Te...