Matahari pertama di awal bulan Juni ini akan menjadi penanda bagiku, lebih tepat kusebut sebagai pelajaran atas waktu yang tak pernah menunggu. Seolah umur memanjati pohon waktu itu, sampai ke setangkai dahan, tak pernah sampai pada puncak waktu itu. Sesungguhnya hanyalah misteri yang buram.
Juni adalah bulan
kelahiranku. Aku pernah bangga terlahir di bulan Juni, merasa memiliki
sifat-sifat seperti Sukarno, jiwa yang memimpin, berani berkorban demi bangsa,
populer dan dikagumi para wanita. Kebanggaan semu yang ternyata tak menjelaskan
apapun, bagaimana juga kekaguman itu tak membawaku kemana-mana.
Pada akhirnya
seiring waktu pula itu menjadi hal yang biasa. Hingga aku punya kesadaran untuk
menerima diri sendiri sebagai makhluk unik yang diciptakan Tuhan dengan segala
kelebihan dan kekurangannya.
Dapat kukatakan
sejak itulah aku berhenti mengidolakan orang lain secara membabi buta.
Kekagumanku pada seseorang tokoh atau publik figur seperlunya saja. Aku percaya
sebagai manusia merekapun tak akan pernah merasa sempurna. Selalu merasa
kekurangan dan tidak puas. Ada beberapa yang justru begitu takut menghadapi
masa depannya sendiri, sehingga tak risau jika harus berselisih dengan sejawat
sendiri.
Namun kupikir ini
hanya dampak perubahan usia saja yang membuat aku makin matang dan dewasa. Juni
adalah bulan yang indah. Sapardi bahkan menuliskan cerita tentang Hujan Bulan
Juni dan karyanya itu bukan sekedar kumpulan puisi tapi sudah pula bermetamorfosa
menjadi film. Mengagumkan sebagai pencapaian dari sebuah karya.
***
Aku lahir di
bulan Juni, dan ada kurasakan keharubiruan jika aku membaca sajak-sajak Sapardi
itu.
Tak ada yang lebih tabah
Dari hujan bulan Juni
Dirahasiakannya rintik rindunya
Kepada pohon berbunga itu
Tak ada yang lebih bijak
Dari hujan bulan Juni
Dihapusnya jejak-jejak kakinya
Yang ragu-ragu di jalan itu
Tak ada yang lebih arif
Dari hujan bulan Juni
Dibiarkannya yang tak terucapkan
Diserap akar pohon bunga itu
Sapardi Djoko Damono dalam Hujan Bulan Juni kadang membuatku
bertanya, dari mana ide tentang hujan yang jatuh di bulan Juni itu?
Di atas semua itu ada kesadaran yang makin hadir dalam kehidupanku. Ya, umur yang terus bertambah, anak-anak semakin besar dan makin memerlukan perhatian. Mereka akan meneruskan sekolah kejenjang yang lebih tinggi secara bersamaan di tahun ini, di era new normal yang mulai disosialisasikan para penguasa republik.
Era baru di tahun 2020 telah dimulai dengan munculnya virus berbahaya bernama covid 19 yang mengenalkan cara-cara baru, konsekwensi-konsekwensi baru, ketakutan-ketakutan baru. Semua yang akan mungkin menjadi tatanan dunia baru seperti teori konspirasi. Terkesan seperti hoax, mungkin tak seserius itu.
***
Aku setelahnya merenungi arti kelahiran ku ini, dan pada waktunya aku sampai pada pertanyaan didalam hatiku, berapa lagi sisa umurku? . Jika ada yang akan merahasiakan tahun kelahirannya dengan alasan tertentu, aku sebaliknya akan berterus terang soal itu. Tak ada keberatan diriku akan pengetahuan orang lain tentang ini. Biasanya mereka akan berkata; kau awet muda.
Aku akan tertawa kecil, merasakan kejujuran dalam ucapan itu, sebab aku merasakan banyak teman kecilku yang kulihat lebih tua dari umurnya. Sebagai anak lelaki tunggal dalam keluarga tak ada keistimewaan soal ini, selain yang kuingat ibu akan merebus banyak telur dan membagikannya dengan rekan-rekanku, tanpa perayaan, tanpa ucapan yang khusus. Lebih tepat kukatakan keluarga kami tak terbiasa.
Ibu kehilangan dua bayi laki-laki sebelum melahirkan aku. Aku tak mengetahui sebabnya karena ibu pun tak pernah ingin bercerita tentang ini. Kami lalu pindah rumah meninggalkan dua kuburan bayi itu dirumah lama yang dekat dengan pasar di kota kecamatan, kesebuah tempat yang lebih sepi dan di sanalah aku lahir.
***
Entah mengapa setiap menjelang Juni aku akan melihat penjual kaos online menjajakan kaos bertuliskan Lelaki Terbaik Lahir di Bulan Juni. Tapi aku tak pernah membeli, itu bagiku tak lebih strategi dagang selain itu bahannya buruk.Bukan karena Juni merupakan waktu kelahiran pria terbaik seperti bacaan pada kaos itu, tapi bertaburan tanggal penting pada bulan Juni, ini yang lebih mengesankan buatku.
Pada bulan Juni aku akan mengenangkan hari pernikahanku pada tanggal paling ujung dibulan itu. Dan apakah ini suatu kebetulan saja, putri pertama kami lahir setahun kemudian tepat ditanggal tersebut.
Aku mengingat pernikahan kami dengan sederhana,ayah begitu senang ketika itu. Setelah pernikahan kami ia merebahkan diri dengan senyum puas di tilam dan berkata,ia tak akan keberatan jika Tuhan mencabutnyawanya.Ia meninggal satu tahun setengah setelah pernikahan kami.
Hari-hari yang kuhadapi semakin keras. Pada waktu-waktu tertentu aku mesti mempertaruhkan keberanian untuk mendapatkan sesuatu. Saat itu aku hanya percaya pada persahabatan, dan mulai membangun aliansi dan jejaring, mencari momentum yang tepat untuk melompat lebih tinggi.
***
Menyentak kan ingatan ke masa muda yang jauh.Hidup memang terasa sulit bahkan sekedar tuk dimengerti.
Tapi keyakinan bukanlah sebuah keyakinan jika tak dijalani.
Apa yang kita bicarakan semalam adalah refleksi kemelut batinku beberapa hari ini.
Aku yakin bersamamu bisa mengatasi badai kehidupan dan berjuang mengalahkannya.
Aku yakin dengan kasihsayang kita dapat bersama untuk tegar mengatasi rintangan.
Masalahnya bagiku saat ini, seberapa jauh aku bisa menanamkan keyakinan yang sama di hatimu.
Sementara saat ini aku bukanlah apa-apa, sebuah hal yang harus kuakui dengan kejujuran terdalam.
Kelebihan yang kumiliki hanya aku tidak terlahir untuk menjadi orang lain.
Aku ingin menjadi srigala yang mengaum keras ditengah gerombolan srigala lainnya.
Aku ingin menjadi pohon kukuh yang tersisa setelah lewat hempasan badai.Aku ingin menjadi pelaut tangguh yang menaklukkan ombak samudera.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar