Senin, 13 Juli 2020

KEGAGALAN MANUSIA MODERN DAN MANUSIA TRADISI

Apa yang diketahui oleh manusia tentang spiritualitas ? tentang ruh, jiwa ( juga sukma, perasaan, roso, nafs, dan seterusnya), serta hubungannya dengan dunia fisik ?


pariwista kehidupan

        Manusia memiliki kesanggupan terbatas untuk menggali sendiri pengetahuan tentang masalah itu, tetapi di luar batas eksplorasinya itu, manusia juga membutuhkan informasi dari wahyu Allah. Karena itulah agama diperlukan oleh manusia bukan sekedar sebagai “peraturan” tetapi lebih penting lagi sebagai informasi ilmu, yang sesungguhnya merupakan landasan mutlak bagi setiap dimensi hukum yang dikandung oleh agama.

           Ekplorasi ilmu tradisonal terhadap dunia spiritualitas cenderung terjebak pada takhayul, klenik atau mitos. Sementara masyarakat modern kurang “berselera” untuk memasuki wilayah spiritualitas, dan terjebak pada semacam ketidakpercayaan terhadap spiritualitas. Dengan kata lain, orang tradisi “menyembah hantu” sedangkan orang modern “menyembah batu”.

            Oleh karena itu, akan berkesimpulan pada titik ekstem yang tertentu, baik masyarakat tradisi atau masyarakat modern terjebak pada kegagalan cukup serius dalam usahanya merumuskan perjalanannya menuju penyatuan diri kembali ke hakikat Tuhan, hakikat alam, dan dengan demikian juga hakikat kemanusiaannya sendiri.

            Berangkat dari filosofi manusia modern yang ingin menaklukan alam, sedangkan filosofi manusia tradisi yang ingin menyatu dengan alam. Akan membuahkan konsekwensi manusia modern mengatasi alam, menteknologikan alam menjadi budaya karena memang salah satu ciri manusia modern yang berwatak dinamis, sementara manusia tradisi berwatak pasif dan konservasif dalam arti manusia tradisi cenderung menerima apa adanya dan kolot mempertahankan budaya yang sudah ada, mungkin itu karena berfilosofi melebur alam. Lalu mana yang “benar” daintara keduannya ?

            Memandang filosofi yang berbeda diantara keduannya. Dinamika manusia modern dengan teknologinya akhirnya terjebak dengan kekeringan ruhani karena perjalanan ke depan mereka memakai perspektif waktu yang linier ( selalu bergerak lurus ), hampir jadi, langkah ke depan mereka adalah langkah menjauh dari alam dan Tuhan. Perlu dingat sebenarnya dalam islam memiliki konsep wa ilaihi turja’un : kepergian hidup manusia ini kembali kepada Allah, artinya perjalanan ke depan sekaligus kembali ke “belakang”. Konsep waktu dalam islam adalah siklis, membulat, atau melingkar. Sedangkan  secara filsafat, perjalanan manusia modern dirumuskan dalam orientasi eksisitensialisme - menyuruh dirinya sendiri menjawab keadaan yang menimpanya -, dan itu artinya menjauh dari Allah, atau dengan bahasa islamnya ; anti tauhid.

            Sementara pada masyarakat tradisi –yang sebenarnya memiliki konsep waktu siklis- metode untuk “kembali ke Allah” itu ditempuh tidak dengan kata “maju ke depan” tetapi dengan “berjalan di tempat” atau “balik ke belakang”. Jadi, baik manusia modern maupun tradisi melakukan tarekat yang masing-masing memiliki kekurangan, bahkan bisa dikatakan keliru. Manusia modern sukses mengkhilafahi alam, tetapi keliru orientasinya sehingga tidak taqorrub kepada Allah. Sementara manusia tradisi bertahan dekat dengan Allah, akan tetapi gagal melaksanakan kekhalifahan yang dinamis.

            Sebenarnya ini adalah peta peradaban yang sangat luas sekali, tugas kita sebagai manusia seutuhnya ialah fokuskan pada persoalan pariwisata kehidupan. Pariwisata kehidupan adalah fenomena religius, yang mana dengan sebab itu manusia modern dapat memasuki proses teknologi kebudayaan, yakni arah menjauh dari alam, kemudian menciptakan peluang-peluang khusus untuk kembali ke alam, lalu kembali kepada Tuhan. Kerapkali kegagalan ruhaniah ( spiritual ) kebudayaan modern itu sebab kegelisahan oleh “alam bawah sadar” mereka sehingga kemudian di telurkanlah antara lain alternatif budaya yang bernama pariwisata kehidupan.

             


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cahaya yang kau lewatkan

  Andai saja aku biarkan mata ini terjaga agar bisa menyambutmu kedatanganmu, apakah hal tersebut akan menjadi suatu kebahagiaan untukmu? Te...