Minggu, 12 Juli 2020

UNTUNG TUHANNYA TAK MAHA BINGUNG


"Tak jarang sesuatu yang engkau benci ternyata baik bagimu, begitu pula tak jarang suatu yang engkau anggap baik ternyata buruk bagimu. karena Allah mengetahui mana yang terbaik untukmu, sedangkan engkau tak tahu"

Despresi
Despresi berat

Ketika gunung-gunung, samudra, dan semua makhluk yang ada di bumi mengajukan protes ke langit tentang banyak perilaku biadab umat manusia yang terus saja merusak alam dan bahkan merusak dirinya sendiri, dan kemudian gunung itu minta izin agar diperbolehkan meledakan diri mengalirkan lahar panas dan batu-batu untuk menghancurkan kota-kota manusia.

Allah SWT menjawab bahwa tolol benar manusia bersedia dijadikan khalifah di bumi, padahal gunung, jin, badai, dan lain-lainya menolak. Celakanya sang khilafah ini, berbuat tidak tidak lebih baik dari bintang-bintang dan pepohonan yang senantiasa bersujud kepada-Nya.

Manusia sungguh memang aneh. Bagaimana mungkin ? mereka menuruti kemerdekaan sampai tingkat mabuk, mengambil apa yang bukan haknya, dan tidak menyampaikan apa yang seharusnya mereka salurkan.

Mentang-mentang Allah SWT tidak pernah membuat mata mereka buta sebelah, rambut rontok, dan tiba-tiba kaki lumpuh ketika bangun tidur pada pagi hari. Mentang-mentang Allah setia menjaga nikmat-nikmat-Nya untuk berlaku pada manusia, meskipun hamba-Nya ini tidak mematuhi-Nya, bahkan membohongi-Nya dari berbagai hal.

Memang Allah amatlah mencintai hamba-hamba-Nya. Meskipun Dia tampak begitu bersusah payah berusaha menyakinkan agar manusia mempercayai-Nya. Pada saat lain, Dia seolah-olah murka  karena Dia tak dinomorsatukan, tapi malah di persatukan dengan benda-benda dan nila- nilai yang remeh dan sepele, sehingga seandainya Dia adalah manusia, maka akan tumbuh rasa cemburu dan rasa sakit yang mendalam.

Sebagimana dalam firman-Nya tak jarang Dia seakan-akan bertanya: “Apa lagikah yang engkau dustakan dari Nikmat-nikmat-Ku ?” “Utusan-Ku itu bukanlah seseorang pembohong, kenapa engkau tak percaya ?” “Bukankah telah Aku lapangkan dadamu ? Bukankah telah ku letakan engkau ditempat yang lebih berderajat ?....

Disamping Allah tak habis-habisnya memberi, sementara manusia tak habis-habisnya menuntu. Allah tak jera-jeranya mencintai, sementara manusia tak kapok-kapoknya membelakangi.

Sementara itu, diantara sesama manusia saja pun diperlukan pengertian tentang kelayakan pada setiap orang untuk memaafkan. Suatu keadaan yang relevan untuk dikutuk dan keadaan lain yang pantas untuk dimaafkan.

Ditambah lawakan penyair abu nawas : “Dosa-dosa hamba bagaikan timbunan pasir di sepanjang pantai. Maka, siapa lagi yang pantas mengampuni hamba selai Engkau, ya Rabbi ?” “ Hamba ini tak pantas menjadi penghuni surga, ya Allah, tetapi kalau harus masuk neraka, ya……. Janganlah”. Manusia memang terkesan manja tatkala hal merintih meminta doa, dan seakan-akan pintanya tak masuk akal membuat bingung saja, untung Tuhannya tak maha bingung.

Surah Al-Fatihah mengajarkan, Allah menuntut manusia untuk pertama-tama mengapresiasi dan memuji-Nya, baru meminta tolong dan perlindungan. Dari situlah manusia baru layak mohon ampun, minta pertolongan, dan perlindungan kepada siapa pun –apalagi kepada Allah- apabila dia telah menunjukan apresiasi atau penghargaan kepada pihak yang dimintai ampun dan pertolongan.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cahaya yang kau lewatkan

  Andai saja aku biarkan mata ini terjaga agar bisa menyambutmu kedatanganmu, apakah hal tersebut akan menjadi suatu kebahagiaan untukmu? Te...